Sistem Pengalokasian Biaya Overhead Pabrik.
Dalam kondisi seperti ini pengalokasian biaya overhead pada setiap produk yang dihasilkan dengan menggunakan dasar jam kerja langsung, jam mesin dan biaya pemakaian bahan tidak lagi akurat.
Kesalahan pengalokasian biaya overhead, sebagai salah satu elemen harga pokok produksi, akan mengakibatkan kesalahan dalam kalkulasi biaya produk (Product costing), yang selanjutnya akan mempengaruhi penetapan harga pokok produk.
Sistem pengalokasian biaya overhead meliputi :
1. Sistem Biaya Konvensional
Menurut James A. Brimson (1991 : 7) adalah sistem biaya konvensional mampu mengukur secara akurat sember daya yang dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi dari suatu produk. Sumber daya tersebut, meliputi bahan baku, tenaga kerja langsung, jam mesin dan sebagainya. Dan biaya-biaya yang timbul akibat pemakaian sumber daya tersebut dialokasikan pada produk berdasarkan jam kerja langsung, bahan baku yang dibeli atau unit yang diproduksi.
Akan tetapi pengalokasian biaya dalam sistem biaya konvensional dapat mengakibatkan terjadinya distorsi, terutama dalam perusahaan multi produk. Karena dalam perusahaan multi produk, produk-produk yang dihasilkan memiliki perbedaan dalam volume produksi dan kompleksitas, serta penaganan konsumsi sumber daya dan aktivitas. Hal ini yang mengakibatkan kegagalan sistem biaya konvensional untuk menetapkan harga pokok yang tepat bagi masing-masing produk.
Dalam sistem biaya ini, biaya overhead yang terjadi tidak dikaitkan dengan penyebab terjadinya cost driver, tetapi langsung dibebankan pada produk berdasarkan jjam kerja langsung, jam mesin, atau jumlah bahan baku yang dibeli.
2. Activity-Based Cost System
Activity–Based Cost System merupakan sistem biaya baru yang digunakan untuk memperbaiki informasi harga pokok produk yang terdistorsi dalam sistem biaya konvensional.
Dalam Activity-Based Cost system pembebanan biaya overhead pada produk didasarkan pada banyaknya sumber daya atau aktivitas yang dikonsumsi oleh masing-masing produk. Dengan demikian setiap produk akan dibebani biaya overhead yang berbeda besarnya, tergantung pada komplektisitas masing-masing produk, sehingga perhitungan harga pokok produksi lebih akurat. Dalam sistem ini, harga pokok produk merupakan penjumlahan dari semua biaya yang berkaitan dengan aktivitas mulai dari perancangan, manufaktur sampai distribusi produk (Johnson H. Thomas, 1992 : 133).
2. Metode Penetapan Dasar Pembebanan Biaya pada ABC System
Untuk mengetimasi besarnya biaya untuk setiap aktivitas serta untuk menetapkan dasar pembebanan biaya pada tahap kedua, dalam ABC system dikenal adanya tiga metode (Johnson H. Thomas and Roberts S. Kaplan. 1987 : 237), yaitu :
1. Metode Cost driver System
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan murah. Dalam metode ini seluruh sumber daya yang digunakan pada suatu aktivitas tertentu dijumlahkan kemudian dibagi dengan banyaknya aktivitas yang dilakukan. perhitungan tersebut digunakan untuk memperoleh biaya per unit untuk setiap aktivitas yang akan dibebankan pada produk berdasarkan banyaknya aktivitas yang dikonsumsi oleh masing-masing produk.
Metode ini mengasumsikan bahwa setiap aktivitas menyerap sumber daya perusahaan dalam jumlah yang sama. Oleh karena itu pada metode ini kurang akurat bila diterapkan dalam perusahaan yang menghasilkan multi produk dengan beragam aktivitas kompleks.
2. Metode Duration Driver System
Pada metode ini perhitungan serta pembebanan biaya overhead pada produk dilakukan dengan memperhatikan lamanya waktu yang diperlukan untuk melakukan setiap aktivitas. Metode ini akan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat dibanding metode pertama, terutama bila lamanya waktu untuk melakukan setiap aktivitas berbeda-beda. Kelemahan metode ini adalah pada mahalnya biaya dan lamanya waktu untuk pengadaan informasi.
3. Metode Intesity / Direct Charge Driver system
Metode ini merupakan penyempurnaan dari metode kedua. Metode ini mengukur sumber daya aktual yang digunakan untuk setiap waktu suatu aktivitas dilakukan. Misalnya untuk produk yang sangat komplek, yang membutuhkan pengawasan khusus. Untuk produk ini bagian pengendalian kualitas harus ikut mengawasi saat dilakukan set-up mesin sampai produk pertama diproduksi.
Metode ini lebih berguna bila digunakan dalam perusahaan yang memproduksi banyak produk dengan tingkat komplektisitas yang tinggi, dimana untuk melakukan aktivitas-aktivitasnya dibutuhkan berbagai macam sumber daya, serta masing-masing produk membutuhkan aktivitas dalam jumlah yang berbeda-beda.
3. Penetapan Cost Driver
Dimana pengalokasian biaya overhead pada Activity Based Cost system menggunakan cost driver. Cost driver merupakan penyebab timbulnya biaya pada suatu aktivitas. Cost driver yang dapat digunakan, misalnya : banyaknya set-up mesin, lamanya set-up, berapa kali pemesanan dilakukan, lamanya aktivitas pemesanan, banyaknya bahan baku yang harus ditangani dan sebagainya.
Menurut Miller dan Vollmenn cost driver utama dari biaya overhead bukan volume produksi, tetapi transaksi-transaksi yang terdiri dari empat tipe sebagai berikut :
1. Transaksi Logistik meliputi pemesanan, memerima dan mengkonfirmasikan pergerakan atau arus bahan baku.
2. Transaksi Keseimbangan, untuk mempersiapkan pengadaan bahan baku, tenaga kerja, dan mesin, serta menyesuaikannya dengan kebutuhan.
3. Transaksi Kualitas, untuk memastikan bahwa produksi yang dilakukan telah sesuai dengan spesifukasi yang ditetapkan.
4. Transaksi perubahan untuk memperbaruhi informasi manufaktur perbaikan teknologi untuk proses produksi dan produk.
4. Manfaat Activity Based Cost System
Activity Based Cost System akan memberikan laporan harga pokok produk yang lebih akurat dan signifikan apabila :
1. Perubahan dilaksanakan dengan menggunakan sumber daya penunjang yang menimbulkan biaya overhead dalam jumlah yang besar pada proses produksinya.
2. Perusahaan memiliki perbedaan (diversifikasi) yang signifikan pada produk dan proses produksi.
Adapun manfaat dari Activity Based Cost System adalah :
1. Memperbaiki keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan.
2. Melakukan perbaikan terhadap aktivitas perusahaan untuk memperkecil harga pokok produk.
3. Mengarahkan perusahaan untuk melakukan perbaikan strategis.
4. Menyatukan bagian akuntasi dan bagian operasional perusahaan.
Selasa, 18 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar